Manusia tidak pernah tahu apa yang Allah Subhanahu wa ta'ala rencanakan untuk kehidupannya. Karena ketidaktahuannya inilah, tak heran bila ketika peristiwa buruk menimpa, kadang kita selalu meluapkan kekecewaan kepada Allah.
Kita tidak berprasangka baik kepada-Nya bahwa di balik peristiwa buruk ada kebaikan yang menyertai. Sebab, kemampuan manusia dalam berpikir sangatlah terbatas, sedangkan seluruh yang menimpanya, baik peristiwa baik maupun buruk, ada di luar logika dan cenderung irasional.
Karena itulah, tatkala kita tertimpa sesuatu yang buruk, Allah SWT berfirman dalam Alquran, "Barang siapa bertawakal kepada Allah, ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana." (QS al-Anfal [8]: 49). Terma "tawakal" diambil dari kata wakala yang berarti wakil dan mewakilkan.
Bertawakal kepada Allah mengandung arti kita harus mewakilkan kepercayaan kepada-Nya ketika suatu peristiwa memilukan menimpa diri. Dengan demikian, kita harus memasrahkan diri saat musibah menerpa, bersabar ketika kenestapaan terjadi dalam hidup, dan mensyukuri setiap episode kehidupan penuh harapan positif.
Ada berbagai manfaat positif yang bisa kita peroleh dari sikap pasrah kepada Allah. Kemuliaan yang tampak pada diri seseorang pada hakikatnya merupakan buah kepasrahan diri kepada-Nya. Seseorang yang memiliki totalitas kepasrahan tidak akan bergantung pada selain Allah. Hanya kepada Dia-lah ia akan selalu bergantung dan berserah diri.
Ketika menghadapi suatu masalah dan merasa dirinya tak mampu menyelesaikan masalah itu sendirian, ia akan menyerahkan urusan tersebut pada orang yang mampu menyelesaikannya. Apabila urusan itu dipercayakan pada orang yang memiliki kapasitas, kelak akan memberikan hasil yang lebih baik.
Sama halnya ketika manusia berhadapan dengan persoalan hidup dan menyadari keterbatasannya, lalu memasrahkan diri kepada Allah. Dia (Allah) yang memiliki kekuatan tak terbatas. Allah pula yang lebih mengetahui segala sesuatunya. Menurut ahli psikologi, tingkat kepasrahan diri kepada Tuhan menjadi modal utama menggapai ketenangan hidup dan menghilangkan depresi yang sering dialami manusia.
Oleh karena itu, percaya penuh kepada Allah dapat menghilangkan kecemasan dan kegelisahan. Ketika berbahagia, ia tidak terlalu berbangga. Ketika kebahagiaan itu lenyap, ia pun tidak terlalu gelisah dan bersedih hati.
Dalam kehidupan para Nabi, kepasrahan total kepada Allah menjadi metode paling efektif untuk menghadapi setiap masalah. Manusia yang senantiasa pasrah kepada Allah akan memiliki energi positif yang memotivasinya untuk mencapai tujuan hidup.
Mereka akan memahami bahwa segala peristiwa pasti mengandung kebaikan. Dengan demikian, mereka akan terlepas dari sesuatu yang tidak berguna, pantang berputus asa, dan terus berupaya mendapatkan apa yang diinginkan. Dengan berpasrah diri pada Allah, kita akan memiliki hati dan kemandirian yang kuat dalam mengambil keputusan.
Dengan berpasrah diri kepada Allah, segala urusan materi dan maknawi akan teratur. Kita akan menjalani kehidupan di jalan yang benar, tanpa keraguan, kegelisahan, dan kekhawatiran yang berlebihan. Dengan kepasrahan total, kita akan menyadari bahwa sebaik-baiknya rencana kita, jauh lebih baik rencana yang Allah susun untuk kita. Wallahu a'lam.
SUMBER : https://republika.co.id/berita/ntomcz6/berserah-diri-kepada-allah